Selasa, 17 November 2009

INDUSTRI KAPAL DI INDONESIA


“Gemah Ripah Loh Jinawi,” peribahasa tersebut pastinya sering kita dengar untuk menggambarkan negeri kita tercinta ini. Ya negeri kita memang kaya. Hutan tropis, tanah yang subur membentang luas,bahkan indonesia adalah negara kepulauan terbesar kedua di dunia ada beribu-ribu pulau dinegara kita tercinta ini lautnya pun luas 2/3 wilayah negara kita adalah laut,tapi laut bukanlah pemisah bagi pulau ataupu daerah di indonesia justru laut adalah pemersatu.hanya dengan perhubungan antar laut kesatuan dapat terwujud.sejarah kebesaran sriwijaya dan majapahit adalah bukti,bagai mana kejayaan nusantara bisa di capai karena keunggulan maritim.seharusnya ini yang harus secepatnya disadari untuk mengoptimalkan dan mengembangkan industri maritim diindonesia,karena sektor ini adalah sektor yang sangat strategis untuk:

-Meningkatkan daya saing indonesia di pasar global,karena nyaris seluruh komoditi
untuk perdagangan internasional diangkut dengaan alat transportasi maritim (kapal)
-menyeimbangkan pembangunan kawasan indonesia barat dan timur.

Namun banyak kendala untuk mewujudkan itu semua,Rendahnya minat investor terhadap industri perkapalan, terkait dengan karakteristik industri perkapalan padat modal, padat karya, pengembalian modal lambat serta penambahan nilai rendah. Juga produktifitas industri perkapalan yang rendah karena peralatan produksi sudah tidak layak, serta tingginya kandungan komponen import dan kurangnya kamampuan dalam mendesain serta lamanya waktu menyelesaikan pesanan pembangunan kapal, merupakan masalah yang dihadapi industri maritim khususnya industri perkapalan baik industri pembangunan kapal maupun industri reparasi/perbaikan kapal.
kita tidak boleh hanya berdiam,sebagai seorang mahasiswa teknik perkapalan saya bertekat untuk mencari solusi yang tepat untuk masalah itu semua.apalagi dengan dikeluarkanya peraturan dari pemerintah bahwa Kapal yang mengangkut muatan diwilayah peraiaran indonesia harus berbendera indonesia.sedangkan 80% kapal yang berlayar diperaiaran kita sekarang berbendera asing. di perkirakan Kebutuhan kapal berbendera Indonesia pada 2010 mendatang diperkirakan akan mencapai 654 unit yang terdiri dari kapal pengangkut batu bara/coal carrier (390 unit), tanker (225 unit), kargo (25 unit), dan kontainer (14 unit). Kapal-kapal itu sebagian besar didominasi kapal berukuran di bawah 50.000 DWT Jumlah tersebut dipastikan membengkak dengan adanya kebutuhan pengadaan kapal tanker untuk mengangkut minyak mentah milik PT Pertamina (Persero) sebanyak 30 unit. Rinciannya sebagai berikut, kapal ukuran 3.500 DWT (4 unit), 6.500 DWT (3 unit), GP (7 unit), MR (13 unit) dan LR (3 unit.

Dirjen Industri Alat Transportasi dan Telematika (IATT) Departemen Perindustrian (Depperin) Budi Darmadi menjelaskan, industri galangan kapal merupakan salah satu industri strategis dan masa depan bagi Indonesia.

Oleh karena itu, pemerintah berupaya membangkitkan geliat industri maritim nasional dengan memberikan sejumlah insentif. Salah satu bentuk insentif yang direalisasikan adalah insentif fiskal bagi industri yang membangun kapal dengan bobot di atas 50.000 DWT.

"Insentif PP 1/2007 untuk galangan kapal di atas 50.000 DWT. Kalau yang sedang diusulkan sekarang adalah yang di bawah 50.000 DWT untuk pembangunan industri galangan kapal baru," kata Budi.

Ketua Umum Asosiasi Pemilik Kapal Nasional (Indonesia National Shipoweners Association/INSA) Oentoro Surya mengingatkan, kapal yang banyak dibutuhkan saat ini adalah kapal yang berbobot di bawah 50.000 DWT. "Yang lebih banyak dibutuhkan adalah yang di bawah itu seperti kapal 3.000 DWT dan 5.000 DWT. Kan serapan lapangan kerja juga lebih banyak," kata dia.

Selain insentif, menurut dia, dukungan lain yang diperlukan pengusaha maupun industri perkapalan dalam negeri adalah kelengkapan infrastruktur baik berupa sarana maupun industri komponen pendukung dari hulu ke hilir. Salah satunya, ungkap Oentoro, masih sedikitnya perusahaan yang memproduksi mesin-mesin kapal.

"Industri galangan kapal itu memang harus di back up. Kapal hanya akan menjadi kapal tongkang jika nggak ada mesin. Harga kapal di bawah 50.000 kurang dari US$45 juta, kalau yang di atas 50.000 DWT itu US$60 juta. Ini bisa tambah mahal kalau harga bahan baku dari baja terus naik," cetus dia.

Menanggapi hal itu, Budi mengatakan, pihaknya telah berupaya memfasilitasi relokasi perusahaan-perusahaan mesin perkapalan asing untuk masuk ke Indonesia. "Bagus sekali. Kita sedang memfasilitasi itu. Di Indonesia, engine otomotif banyak tapi kalau kapal masih sedikit misal PT Yanmar. Padahal order begitu banyak. Mungkin kita akan melakukan dengan cara membangun perakitannya dulu di Indonesia seperti otomotif," kata Budi.

Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Bidang Industri, Teknologi dan Kelautan Rachmat Gobel mengatakan, saat ini pendanaan investasi dan modal kerja belum cukup mendapat respon dari kalangan perbankan nasional. Data Bank Indonesia (BI) menunjukkan, outstanding kredit perbankan untuk industri perkapalan, baru mencapai Rp9,8 triliun atau 1% dari total outstanding kredit perbankan nasional yang sudah mencapai sekitar Rp1.000 triliun.

Masalah lain yang dihadapi, lanjut Rachmat, adalah lemahnya dukungan struktur industri komponen perkapalan dalam negeri. Hal ini telah menyebabkan ketergantungan impor komponen dan menjadi faktor ketidakekonomisan bagi pengusaha kapal di dalam negeri.

Dikatakannya, jumlah armada angkutan laut nasional berbendera Indonesia untuk saat ini baru sekitar 6.500-7.000 unit kapal.

"Jumlah ini jauh dari cukup untuk melayani kebutuhan, sehingga sampai saat ini sebagian besar pasar dikuasai oleh pelayaran asing. Termasuk untuk angkutan laut di dalam negeri sendiri," ujar Rachmat.

Kondisi saat ini telah membuat neraca jasa Indonesia selalu mengalami defisit dan menghilangkan sekitar US$25 miliar devisa untuk membayar perusahaan pelayaran asing. Indonesia sedikitnya harus mempunyai 10.000 unit kapal dalam berbagai ukuran, agar semua angkutan laut di dalam negeri bisa ditangani sendiri dan 20% dari angkutan ekspor impor bisa dikuasai oleh kapal nasional.dan ini menjadi tantangan buat kita semua untuk mewujudkanya.
Kapal!!kuat,hebat,jaya!!!

untuk informasi yang lebih lengkap bisa diakses melalui:



Oleh:Yunita Indah S.
NIM :L2G009033

2 komentar:

  1. memang prospek Maritim di indonesis mulai terlihat.

    BalasHapus
  2. kak ada artikel lainnya tentang sistem perawatan peralatan produksi kapal

    BalasHapus