Kamis, 22 Oktober 2009

Mamaku Bukan Babuku

Pagi itu piring2 kotor pada numpuk di tempat asah asahan, dan masih banyak yang terselengkrah di hamparan meja makan dan dapur pun masih kotor, belum sempat mendapat sentuhan tangan mama.
Melihat kondisi mama yang letih dalam tidurnya membuatku semakin angkuh karena cuman berdiam diri hanya untuk melihat kilasan keletihan mama. Ternyata aku salah, aku tak semestinya punya fikiran untuk meninggalkan keluarga, menempati kamar kosan, dan hanya memikirkan diri ku sendiri.
aku masih punya tanggungan, aku anak pertama yang sedang mencari jati diri, mencari identitas kemandirian, namun tak selamanya kemandirian itu harus meninggalkan keluarga.
Ketahuilah, jika mama terus terusan begini aku tidak akan tenang dalam menjalani kuliah, aku ingin kami saling mendukung, mama membantuku, aku membantu mama,
Dengan perasaan terombang ambing, saat aku pulang ke rumah, aku membatalkan niatku untuk menyewa kamar kosan dekat kampus, aku lebih memilih bolak balik rumah kampus, walau jaraknya tidak bisa dianggap dekat.
Kedatanganku, bukan sebagai tamu yang selalu diangungkan sebagai raja, kehadiranku tak selamanya akan ringan diterima, kelakuanku tak pantas, posisiku tak akan pernah di atas, di atas ibu...
Kusisihkan waktuku untuk membantu mama, apapun , selama aku bisa,

mamaku bukan babuku yang kugaji dengan upah yang murah, mamaku adalah intanku yang tak akan pernah berhenti bersinar, keras semangatnya tangguh jiwanya...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar